Logistik B2B: Apa bedanya dengan logistik B2C?
Logistik adalah salah satu fungsi paling penting untuk semua bisnis. Baik itu logistik B2C atau B2B, ada beberapa aktivitas logistik yang terlibat seperti transportasi, penyimpanan, pergudangan, pengemasan, penyortiran, dan sebagainya.
Namun, ini bukanlah tugas yang mudah dan jauh lebih sulit jika menyangkut logistik B2B. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain rute yang tepat, efisiensi biaya, pengiriman tepat waktu dan lain sebagainya.
Lantas, apa itu logistik B2B dan apa bedanya dengan logistik B2C?
Artikel berikut ini akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan logistik B2B, apa perbedaannya dengan logistik B2C, dan beberapa tantangan umum dalam logistik B2B.
Apa itu Logistik B2B?
Secara sederhana, logistik B2B (yaitu bisnis ke bisnis) adalah pergerakan atau pengangkutan barang yang terjadi antar bisnis. Pergerakan seperti ini biasanya terjadi dalam skala yang lebih besar sehingga memerlukan kebutuhan khusus.
Ada banyak perencanaan dan penjadwalan yang terlibat dalam logistik B2B. Selain itu, ada banyak kegiatan selain transportasi seperti pergudangan, pengemasan, dan sebagainya yang juga terlibat di dalamnya.
Contoh logistik B2B adalah transportasi industri bahan mentah seperti baja untuk industri otomotif. Di sini material diangkut dari pabrik baja terpadu dan mini ke pabrik otomotif.
Selain itu, mungkin juga ada persyaratan khusus. Misalnya, barang seperti batu bara, baja, dan sebagainyan merupakan komoditas curah dan memerlukan peralatan penanganan material khusus untuk logistik.
Contoh lainnya adalah pengangkutan produk farmasi dari pabrik ke distributor. Mereka perlu disimpan dan diangkut pada kisaran suhu dan kelembaban tertentu.
Biasanya, penyedia layanan logistik menjalin kontrak jangka panjang dengan pelanggan untuk menangani logistik bisnis. Ada beberapa jenis layanan logistik yang dapat dimanfaatkan pelanggan, tergantung pada lingkup pekerjaannya..
Apa itu Logistik B2C?
Logistic B2C, atau logistik dari bisnis ke konsumen (Business to Customer), adalah proses distribusi produk atau layanan dari perusahaan langsung ke tangan konsumen. Dalam logistik B2C ini, fokusnya adalah pada penjualan eceran (retail) dan pengiriman barang dari penjual ke pembeli individu (perorangan).
Sebagai contoh, misalnya kamu membeli sebuah buku secara online. Setelah melakukan transaksi pembelian, perusahaan atau toko online tersebut akan menggunakan jasa logistik B2C untuk mengirimkan buku itu dari gudang mereka langsung ke alamat kamu.
Proses ini melibatkan berbagai langkah seperti pengemasan, penanganan, transportasi, dan kadang-kadang juga layanan pelacakan paket agar kamu bisa tahu posisi barangmu selama dalam perjalanan.
Keunikan dari logistic B2C terletak pada kecepatan dan efisiensi dalam pengiriman karena konsumen menginginkan barangnya cepat sampai.
Selain itu, karena biasanya melibatkan pengiriman ke banyak lokasi yang berbeda-beda, logistic B2C juga harus fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan berbagai situasi dan tantangan yang mungkin terjadi selama proses pengiriman.
Perbedaan antara Logistik B2B dan B2C
Apakah logistik B2B berbeda dengan B2C? Jawaban atas pertanyaan ini adalah, ya. Sebab kebutuhan bisnisnya berbeda-beda.
Berikut ini adalah perbedaan utama antara logistik B2B dan B2C, antara lain:
1. Volume Barang yang Diangkut
Ketika barang diangkut dari satu bisnis ke bisnis lain, volume barang biasanya besar. Sebaliknya, ketika barang diangkut langsung ke konsumen, volumenya rendah.
Misalnya saja ketika hand sanitizer diangkut dari produsen ke distributor, pesanannya bisa 1000 unit atau lebih. Di sisi lain, konsumen akhir hanya membutuhkan 1-2 unit hand sanitizer sehingga logistiknya diatur sesuai kebutuhan.
Berdasarkan volume barang yang dikirim, logistik bisnis-ke-bisnis dapat memanfaatkan layanan pengiriman barang, layanan pergerakan kargo, layanan pengiriman PTL, atau lainnya.
Logistik B2C di sisi lain memerlukan layanan untuk pengiriman hari berikutnya dan pengiriman jarak jauh.
2. Kemasan
Perbedaan lainnya adalah pada kemasannya. Apabila barang diangkut dalam jumlah besar, diperlukan jenis kemasan yang berbeda dibandingkan dengan pengangkutan dalam satuan unit.
Misalnya, 100 unit jam tangan mungkin dikemas dalam karton berukuran besar saat dikirim dari produsen ke distributor. Di sisi lain, satu unit jam tangan dikemas berbeda untuk dikirim ke konsumen.
3. Harga
Meskipun harga logistik B2C tetap standar, metodologi penetapan harga untuk logistik B2B berbeda. Biasanya, harga parcel bisnis dihitung berdasarkan berat volumetrik.
Artinya, biaya yang dikenakan pada kiriman B2B tidak bergantung pada berat kotor kiriman melainkan pada berat volumetrik.
Berikut rumus menghitung berat volumetrik:
Panjang x Lebar x Tinggi (cm) / 5000
Beberapa perbedaan lain antara logistik B2B dan B2C dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Logistik B2B vs logistik B2C
Kelebihan Logistik B2B & Logistik B2C
1. Logistik B2B
- Pengiriman dilakukan dari satu bisnis ke perusahaan lain.
- Perusahaan logistik memiliki kontrak tahunan atau jangka panjang dengan penerima barang.
- Transaksi B2B biasanya melibatkan volume yang besar, yang berarti kamu bisa mendapatkan harga yang lebih baik dari pemasok karena pembelian dalam jumlah banyak.
- Fokusnya adalah pada penyediaan layanan yang hemat biaya dan dapat diandalkan.
- Biaya pengirimannya tinggi dan mungkin perlu waktu lebih lama untuk sampai ke sana.
- Dengan adanya kontrak dan pesanan rutin, kamu bisa lebih mudah memprediksi permintaan dan mengatur inventaris dengan lebih efisien.
2. Logistik B2C
- Pengiriman dilakukan ke konsumen akhir.
- Mungkin ada kontrak jangka panjang atau tidak. Beberapa pengiriman mungkin terjadi sebagai penjualan satu kali saja.
- Barang dikirim dalam jumlah lebih kecil.
- Fokusnya adalah pada layanan pengiriman jarak jauh yang cepat dan andal.
- Biaya pengiriman lebih rendah, dan pesanan dikirimkan ke pelanggan dalam beberapa hari.
- B2C memungkinkan kamu untuk menjangkau konsumen individu secara langsung, membuka pasar yang lebih luas.
- Proses pembelian B2C cenderung lebih cepat dan langsung, yang bisa meningkatkan perputaran inventaris.
- B2C memungkinkan personalisasi yang lebih tinggi dalam pemasaran dan penawaran produk, yang bisa meningkatkan kepuasan pelanggan.
Kekurangan Logistik B2B & Logistik B2C
- Proses negosiasi dan transaksi dalam B2B bisa sangat kompleks, memerlukan manajemen yang teliti dan sering kali sistem IT yang canggih.
- Dari negosiasi hingga pengiriman, siklus penjualan dalam B2B bisa memakan waktu yang lama, yang bisa mempengaruhi likuiditas.
- Hubungan jangka panjang bisa menciptakan ketergantungan yang tinggi pada pelanggan tertentu, yang berisiko jika terjadi perubahan pasar.
- Volume penjualan per transaksi biasanya lebih kecil dalam B2C, yang berarti margin keuntungan per unit juga lebih kecil.
- Permintaan dalam B2C bisa sangat fluktuatif dan tidak terduga, membuat manajemen inventaris menjadi lebih sulit.
- Dalam B2C, biaya pengiriman bisa menjadi signifikan karena pengiriman dilakukan dalam jumlah kecil ke banyak lokasi yang berbeda.
Tantangan dalam Logistik Business to Business (B2B)
Berikut ini adalah beberapa tantangan utama dalam logistik B2B, antara lain:
1. Pelacakan pesanan
Melacak status pengiriman sangat penting untuk sistem B2B karena memungkinkan bisnis untuk mempersiapkan dan merencanakan. Meskipun sebagian besar perusahaan logistik menggunakan alat untuk melacak pesanan dengan nomor Pelacakan, hal ini tidak sepenuhnya mudah.
Selain itu, terdapat penundaan tak terduga yang sering kali menyulitkan perusahaan logistik untuk melakukan pengiriman tepat waktu sehingga menimbulkan tantangan keseluruhan dalam rantai pasokan B2B.
2. Efisiensi biaya
Pengiriman B2B merupakan hal yang rumit terutama jika pengirimannya multimodal atau pengiriman harus dilakukan di pasar internasional.
Meningkatnya biaya bahan bakar, tantangan terkait pemeliharaan armada, tantangan terkait rantai pasokan, dan lainnya, membuat pengiriman yang hemat biaya menjadi sulit bagi perusahaan logistik. Meningkatnya biaya mempengaruhi margin keuntungan perusahaan logistik.
3. Dukungan pelanggan
Salah satu masalah umum dalam logistik bisnis adalah ketidakmampuan untuk menyediakan dukungan pelanggan yang efisien dan cepat sepanjang perjalanan. Hal ini dapat mengakibatkan tidak mendapatkan pesanan berulang.
Dengan peningkatan layanan pelanggan, logistik dapat memperoleh kepercayaan pelanggan dan karenanya mendapatkan lebih banyak bisnis.
4. Perencanaan rute
Perencanaan yang buruk dan kurangnya optimalisasi rute dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman. Selain itu, hal ini juga berdampak pada kerugian bagi perusahaan logistik. Di era digital, tersedia solusi perangkat lunak untuk optimalisasi rute dan manajemen armada.
Kesimpulan
Sebagai bisnis yang menyewakan jasa logistik, kamu perlu memilih mitra 3PL dengan cermat. Pastikan perusahaan berfokus pada layanan pelanggan atau ini mungkin akan menjadi pengalaman yang mengecewakan bagimu.
Sebagai penyedia layanan logistik, ada beberapa tantangan yang perlu kamu atasi seperti efisiensi biaya, optimalisasi rute, dan sebagainya. Namun, digitalisasi dapat meminimalkan sebagian besar tantangan ini dan membantu kamu mendorong pertumbuhan.
Posting Komentar untuk " Logistik B2B: Apa bedanya dengan logistik B2C?"